top of page
ricoliemanto

Bab Terakhir - AFaAK

Ia terbangun ketika dering telepon berbunyi dengan nyaring dan membuka kedua matanya, dengan tergesa-gesa Ia segera bangkit dari kasurnya dan berlari menuju telepon.


“Hai ayah!” sapa Patricia dari balik telepon, Andrea merasa jauh lebih baik dari kemarin ketika mendengar suara putri kesayangannya itu meskipun hanya lewat telepon.


“Hallo sayang, apa kabarmu?” tanya Andrea tak bisa berhenti tersenyum.


“Aku baik, Natalia juga baik.” Jawab Patricia.


“Kapan kau akan kesini ayah?”


“Hari ini sayang, ayah sedang bersiap-siap.”


“Aku tak sabar menunggu kedatangan ayah, ayah sudah makan?” Andrea tertawa kecil mendengarnya.


“Belum, mungkin sebentar lagi. Bagaimana disana? Kau suka tempatnya?”


“Aku suka sekali! Aku bisa berenang setiap hari dan bisa menggambar matahari yang terbenam tiap sorenya! Tempat ini sangat cantik dan aku sangat suka tempat ini!”


“Syukurlah jika kau suka tempat itu.”


“Kau harus datang kesini secepatnya ayah! Aku akan menunjukan pantai terindah di sini,

kau pasti suka!” Andrea kembali tertawa mendengarnya.


“Baiklah kalau begitu, ayah akan bersiap-siap dulu ya. Ayah akan datang kesana dengan bonekamu.”


“Oh ya! Jangan lupa bonekaku!” Kemudian, sambungan telepon terputus.


Kemudian, Andrea duduk sesaat di meja makannya dan menyalakan televisi. Aksi peperangan kecil antara Mafia Tappeli dan Mafia Arnaldo tentu saja masuk ke dalam berita, pembawa berita itu membawakan beritanya dengan cukup detail yang tentunya membuat Andrea sedikit terkejut.


Sampai akhirnya, layar televisi Andrea menayangkan wajah Gilardo. Kematiannya ternyata sudah diketahui oleh pihak media dan ternyata kabar ini membuat pihak kepolisian sudah bergerak dan segera menuju ke kota Delitto, tetapi Andrea tidak khawatir karena Andrea yakin apabila Ziotto telah menghapus jejaknya.


Kemudian, pembawa berita memberitahukan lebih detail lagi tentang kematian Gilardo dan siapa itu Gilardo. Tetapi Andrea mematikan televisinya dan kemudian bergegas mandi, seusai mandi Ia segera menggunakan pakaian terbaiknya dan menuju ke kamar anaknya.


Dimana ia disambut oleh kekosongan, meskipun tidak ada kedua putrinya di kasur atau di kamar itu Andrea masih bisa melihat mereka sedang bermain dengan ceria disana. Di pojok ruangan yang gelap, Andrea melihat keberadaan boneka putih milik Patricia yang sudah terkotori oleh sedikit debu, Andrea pun segera mengambilnya dan berjalan keluar dari kamar itu.


Andrea tidak perlu membawa apa-apa lagi di rumah ini, karena istrinya sudah membawa semua barang-barang miliknya sehingga Andrea tidak perlu pusing lagi. Tetapi ini adalah terakhir kalinya Andrea akan pergi dari sini, rumah yang telah tinggali selama 7 tahun lamanya. Rumah ini tentu saja mempunyai banyak kenangan, di sinilah Andrea menikahi Aurora dan di sini pulalah Patricia lahir dan tumbuh menjadi anak yang manis seperti sekarang.


Andrea tersenyum dan merasa hangat, ia tak sabar untuk bertemu dengan keluarganya lagi maka dari itu Ia segera berjalan keluar. Tetapi kemudian telepon rumahnya kembali berdering.


“Selamat pagi Andrea.” Kata Ziotto dari balik telepon.


“Selamat pagi Ziotto.”


“Kerja bagus semalam, kau telah menyapu bersih Arnaldo sampai tak tersisa sedikitpun.”


“Kau akan pergi hari ini Andrea?”


“Ya, aku akan pergi hari ini. Kau butuh sesuatu?” Kemudian hening lama.


“Tidak, aku tidak butuh apa-apa lagi darimu.”


“Kau sudah memberikanku semuanya yang kubutuh, terima kasih banyak.”


“Tetapi aku ingin memberikan kabar buruk untukmu.” Kata Ziotto, Andrea menahan nafasnya untuk beberapa saat.


“Sisa anggota Tappeli semuanya sudah tewas semalam, anggota kepolisian akhirnya berhasil menemukan markas utama mereka dan membunuh mereka semua sampai tak tersisa.” Kemudian mereka berdua hening lama sekali.


“Bagaimana mereka bisa tahu?” tanya Andrea, tetapi Ia rasa ia sudah tahu jawabannya.


“Aku yang memberitahu mereka.” Jawab Ziotto.


Andrea menghela nafas panjang, Gilardo selalu percaya pada Ziotto, Ia tidak pernah meragukannya sedikitpun dan begitu juga Andrea. Semua orang di Tappeli selalu percaya pada Ziotto apabila Ziotto adalah bagian dari mereka, bukan kepolisian.


Tetapi harinya datang juga, Ziotto telah menentukan di pihak mana dia berada dan dia tidak memilih pihak Tappeli. Andrea kemudian teringat pada ucapan terakhir kawannya Peter, dan Andrea hanya bisa tersenyum mengingatnya.


“Sudah berapa lama kau merencanakan ini?” tanya Andrea, ia tidak merasa marah kepada Ziotto, Ia hanya merasa pasrah saja dengan kondisi saat ini.


“Semenjak hari pertama aku masuk ke dalam kepolisian.” Jawab Ziotto.


“Kota Delitto selalu menjadi pembicaraan hangat di kalangan kepolisian, kita selalu membahas bagaimana caranya menghapuskan kejahatan di kota itu. Tetapi tak satupun dari kita yang mempunyai solusi dan caranya, kecuali aku.”


“Aku mengetahui semuanya soal Mafia yang paling berkuasa di kota itu, aku mengetahui siapa ketuanya, siapa orang terbaiknya, dimana lokasi mereka.”


“Itu adalah aset yang sangat berharga, kau bisa menjadi pemimpin kepolisian jika kau tahu hal itu.”


“Apakah kau memberitahu rahasia itu dari hari pertama kau bergabung dengan mereka?”


“Tentu tidak, bagaimanapun juga aku masih menghargai Gilardo. Tetapi ketika kemarin aku mendengar kabar tentang kematiannya, disitulah aku mulai memberikan rahasiaku kepada mereka.”


“Aku memang selalu berusaha sekuat tenagaku untuk menghapus jejak kalian di mata kami, tetapi akhirnya aku memutuskan untuk bergabung dengan kepolisian.”


“Mafia Tappeli, bagaimanapun juga adalah organisasi kriminal yang tak segan-segan membunuh orang yang menghalangi jalannya. Kalian selalu berpikir apabila yang kalian lakukan adalah hal yang baik untuk kota Delitto, untuk orang sekitar kalian.”


“Padahal sebenarnya, kalian adalah manusia terburuk di muka bumi ini.”


“Ketika aku mendengar Robert menghancurkan dan membunuh semua polisi di kota Delitto. Aku merasa marah, sangat marah kepada kalian. Aku juga mulai semakin yakin untuk berpindah pihak, karena di kedua mataku pihak kepolisian jauh lebih baik daripada kalian.”


“Aku juga ingin berterima kasih padamu karena kau telah mengerjakan tugasmu dengan gemilang, kau telah membantu kepolisian menghancurkan Mafia Arnaldo dan membuat pekerjaan kami semakin mudah.”


“Sekarang, kami sudah berada di setiap penjuru kota ini. Mengamankan dan menyebarkan rasa aman, mulai hari ini tidak akan ada lagi kejahatan di kota ini.”


“Apakah itu berarti aku juga tidak akan ada lagi?” tanya Andrea, dan Ziotto terdiam untuk beberapa saat sebelum menjawab.


“Ya.” Jawab Ziotto.


“Kau akan mati hari ini Andrea.” Lanjutnya, anehnya Andrea tidak merasakan apa-apa ketika mengetahui apabila sesaat lagi ia akan tewas.


“Maafkan aku kawan.” Sambung Ziotto, tetapi Andrea hanya tersenyum.


“Tak perlu, kau hanya menjalankan tugasmu. Lagipula, aku adalah bagian dari Tappeli dan jika mereka semua telah tiada, aku juga harus pergi.” Kata Andrea.


“Tetapi, bolehkah aku meminta satu hal padamu?” tanya Andrea.


“Tentu saja.” Jawab Ziotto.


“Keluargaku, tolong lindungi mereka.” Barulah Andrea tersadar dan merasa sangat sedih, karena Ia tidak bisa berkumpul lagi bersama mereka. Ia tidak bisa lagi merasakan kehangatan bersama mereka, dan ia tak bisa merasakan lagi kebahagiaan mereka.


“Aku akan melindungi keluargamu, aku berjanji.” Balas Ziotto dengan suara yang menenangkan.


“Sampai jumpa Andrea.” Kata Ziotto lagi,


“Sampai jumpa Ziotto.” Balas Andrea dan sambungan telepon terputus.


Andrea kemudian menggengam boneka milik Patricia dengan erat, ini adalah saat-saat terakhir Andrea bisa hidup dan Ia tak ingin menyesalinya. Setelah mengumpulkan semua kekuatannya, Andrea berjalan ke luar rumah dimana Ia sudah dinanti oleh William, pemimpin Ziotto.


“Selamat pagi Jenderal.” Sapa William yang menyenderkan tubuhnya di samping mobil polisi, ia hanya seorang diri dan tak ditemani oleh siapapun. Revolver di balik saku jas milik Andrea terasa hangat seketika.


“Harus kuakui, aku terkesan dengan kemampuanmu. Kau membunuh banyak sekali orang seorang diri, jika saja kau memutuskan untuk bergabung dengan kami. Mungkin kau akan menjadi manusia yang lebih baik.” Lanjut William, Andrea tersenyum ke arahnya.


“Ada kata-kata terakhir?” tanya William sembari mengeluarkan pistol miliknya dan mulai membidik dada Andrea, Andrea hanya tersenyum ke arahnya sembari memegang erat boneka milik putrinya itu.


Kemudian terdengar suara letusan, dan dada Andrea terasa sakit sekali ketika akhirnya Ia tersadar apabila dirinya sudah terjatuh di tanah. Ia tak bisa bergerak, dan rasanya hari semakin gelap. Boneka milik putrinya kini ternodai merah darah dan kemudian pandangan Andrea berubah menjadi hitam gelap.


TAMAT


Terima kasih sudah membaca cerita A Father and A Killer karangan saya. Jika kalian tertarik untuk membeli buku fisik dari cerita ini, kalian bisa membelinya disini.

1 view0 comments

Related Posts

See All

Comments


bottom of page