“Kau adalah Gilardo Tappeli, seorang pebisnis sepatu kulit dari Italia yang mencoba membuka usaha baru di tanah Amerika. Apakah itu benar?”
“Aku terkejut kau bisa mengetahui hal tersebut, tetapi ya itu benar. Aku berasal dari tanah Italia dan lahir di sana, sampai akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke sini dan membuka usaha baru.”
“Lalu, bagaimana ceritanya kau bisa mengubah bisnis sepatu milikmu menjadi raksasa mafia terbesar di kota ini?”
“Ketika pertama kali aku sampai di kota ini, kota ini sangatlah kumuh dan penuh kejahatan disana-sini. Bisnisku sering kali dijarah oleh penduduk sekitar dan hal tersebut tentunya membuatku rugi besar. Sampai akhirnya aku sadar apabila satu-satunya cara untuk mendapatkan apapun yang aku inginkan, adalah dengan cara kekerasan.”
“Aku mulai menyewa beberapa orang untuk menjaga bisnisku dari penjahat sekitar, sampai akhirnya aku mendapatkan ide untuk menyewakan jasa-jasa orang milikku ke usaha sekitar dan membantu mereka melindungi usaha milik mereka sendiri. Disitulah aku mulai mendapatkan uang yang sangat besar dan secara perlahan, bisnis sepatu kecilku mulai berubah menjadi organisasi Mafia terbesar di kota ini.” Dave sibuk mencatat semua yang Gilardo ucapkan.
“Aku membaca dan mengulik banyak hal tentangmu, dan ada satu nama yang menarik perhatianku. Orang ini bekerja untukmu, tetapi di satu sisi juga menjabat jabatan tinggi di kepolisian. Ziotto Penale, siapa orang ini?” Mendengar ini, Andrea mulai merasa curiga. Mengetahui latar belakang kehidupan Gilardo masih Andrea anggap wajar. Tetapi bisa sampai mengetahui apabila Ziotto juga bekerja untuk Gilardo adalah hal yang sangat rahasia. Bagaimana Dave bisa mengetahui hal ini?
“Siapa yang bilang apabila Ziotto bekerja untukku? Aku bahkan tidak mengenal namanya.” Kata Gilardo, dan Dave menatapnya lama sebelum menuliskan sesuatu.
“Jika Ziotto tidak bekerja untukmu, lalu bagaimana kau bisa tidak terdeteksi oleh kepolisian?”
“Uang. Apabila kau mempunyai banyak uang, hidupmu akan jauh lebih mudah. Kepolisian di sini sangat mudah kukendalikan dengan hanya menggunakan kertas berwarna abu-abu ini.”
“Lalu bagaimana dengan media di kota ini? Mereka juga menutup mulut mereka dan tampaknya tidak berani bermacam-macam denganmu ataupun bisnismu.” Gilardo tersenyum mendengar Dave bertanya ini.
“Hal yang sama seperti yang kulakukan kepada polisi, mereka semua saja. Mereka butuh uang, dan aku bisa memberikan mereka dalam jumlah yang besar dengan hanya menganggap aku tidak ada. Solusi yang sama-sama menguntungkan bukan?” Dave menganggukan kepalanya berkali-kali sembari menulis.
“Ada satu orang terkenal yang berasal dari kota ini, namanya adalah Richard. Apakah dia adalah salah satu anak buahmu?” Gilardo langsung menggelengkan kepalanya ketika Dave bertanya seperti itu.
“Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya, dia adalah anak buah dari kelompok Mafia lain yang menguasai kota ini. Kau pernah dengar nama Mafia Arnaldo?”
“Tentu saja, dipimpin oleh Lira Arnaldo. Mafia miliknya adalah satu-satunya kelompok yang bisa menandingi kekuasan milikmu di kota ini.” Gilardo tersenyum mendengarnya.
“Pengetahuanmu tentang kami sangat luar biasa, aku kagum akan hal itu. Aku membayar uang berjumlah besar kepada media kota ini untuk menutup mulut mereka, tapi orang di luar sana masih mendapatkan informasi tentang kota ini.” Andrea kemudian menyadari apabila wajah Dave terlihat sedikit ketakutan tetapi dengan cepat ia merubah ekspresi wajahnya tersebut.
“Lalu bagaimana dengan Robert Charles? Pria yang menculik polisi beberapa bulan yang lalu, apakah dia masih di penjara sampai sekarang?” Robert, yang berdiri di belakang Dave hanya bisa tersenyum lebar.
“Dia baik-baik saja, terakhir kali aku melihatnya dia masih berdiri tepat di belakangmu.” Jawab Gilardo, dan Dave langsung menoleh ke arah Robert dan kemudian kembali mencatat sesuatu di kertasnya.
“Jika orang di belakangku ini adalah Robert, maka aku berani bertaruh apabila orang di belakangmu itu adalah Andrea Ventura. Pembunuh bayaran terbaik di kota ini dan juga salah satu orang kepercayaanmu.” Andrea tersenyum mendengar Dave berbicara seperti itu.
“Apabila dataku tidak salah, kau adalah salah satu dari gerombolan orang yang memberhentikan truk polisi dan membunuh banyak sekali orang kepolisian yang hendak masuk ke dalam kota ini?” Andrea menganggukan kepalanya dan Dave kembali mencatatkan sesuatu di kertasnya.
“Satu pertanyaan terakhir, apa yang akan kau lakukan setelah ini?” Gilardo mengambil waktu yang cukup lama sebelum menjawabnya, tetapi kemudian telepon di depan Andrea berbunyi nyaring dan Andrea segera mengangkatnya. Dimana ia langsung disambut oleh teriakan Ziotto.
“DAVE ADALAH FBI! WARTAWAN ITU ADALAH SEORANG FBI!” Kemudian, Andrea mendengar suara letusan senapan dan Gilardo terjatuh dari kursinya.
Andrea menoleh ke arah Dave yang sudah mengarahkan moncong Revolver kecil miliknya ke arah Andrea, tetapi Robert menarik pelatuk pistol miliknya terlebih dahulu dan membunuh Dave saat itu juga. Setelah itu, suasana sangatlah hening karena semua orang disitu tidak menyangka sama sekali hal ini akan terjadi. Tak lama kemudian, dua orang anak buah Tappeli masuk ke dalam ruangan.
“Kau baik-baik saja Gilardo?” tanya Andrea sembari memeriksa tubuh Gilardo yang masih tersungkur di lantai, tidak ada bercak darah meskipun Ia tertembak tepat di dada.
“Aku tak apa, aku menggunakan rompi anti peluru.” Jawab Gilardo dengan suara yang terdengar lemah. Meskipun ia menggunakan rompi anti peluru, tetapi tertabrak oleh peluru dari jarak sedekat itu tentu saja masih terasa sakit.
“Maafkan aku, aku sedikit terlambat.” Kata Robert, dua anak buah Tappeli tadi memberikan semacam minuman kepada Gilardo yang langsung meminumnya.
“Tak apa Robert, aku pun tidak menyangka apabila dia akan menyerangku begitu saja.” Balas Gilardo, Andrea kemudian membantu dirinya untuk bangkit berdiri dan kemudian Ia kembali terduduk di kursinya.
“KALIAN TAK APA? HALLO?” teriak Ziotto dari balik telepon, Gilardo kemudian menyuruh Andrea untuk menjawabnya.
“Ya, kami tak apa. Gilardo tertembak tetapi dia masih hidup.” Jawab Andrea dan dia bisa mendengar suara helaan nafas panjang dari Ziotto.
“Kenapa informasimu telat?” tanya Andrea, dua anak buah Tappeli telah pergi keluar dari ruangan.
“Dave adalah anggota yang sering kali menyamar, tidak ada informasi apapun tentang
dirinya. Aku beruntung ketika mendengar William berbicara tentangnya dan aku segera menghubungimu.” Jawab Ziotto.
Robert kemudian menggeledah mayat Dave dan mengeluarkan beberapa hal dari balik saku jasnya, tetapi ada satu hal yang menarik perhatian Andrea. Kartu nama dari Dave dengan logo FBI di kartu itu.
“Nama aslinya bukanlah Dave Valerie. Ia bernama Ryan Lorient, anggota khusus dari FBI.” Kata Andrea sembari membaca kartu nama itu.
“Berikan aku teleponnya.” Pinta Gilardo, suaranya terdengar marah dan Andrea segera memberikan telepon itu. Setelah itu, Andrea bergegas ke samping Robert dan bersama-sama mengecek tubuh Ryan, mencari jejak-jejak yang mungkin bisa mereka gunakan.
“Isi catatan miliknya berisikan banyak sekali informasi tentang kita.” Kata Robert sembari membaca isi catatan milik Ryan, Gilardo terdengar sangat marah ketika berbicara dengan Ziotto melalui telepon.
“Aku tak percaya ini, banyak sekali informasi penting tentang kita yang ia dapatkan. Sejauh inikah FBI mengetahui kita?” tanya Robert dan Andrea membaca catatan itu sekilas dan apa yang dikatakan oleh Robert tadi adalah benar adanya.
“Aku rasa mereka mengetahui banyak hal tentang kita melalui Ziotto, tetapi di sini Ziotto tidak memberikan informasi yang terlalu rahasia atau penting.” Jawab Andrea, dan Robert mencari-cari isi jas Ryan sekali lagi.
“Pistol miliknya sangatlah kecil, hampir tidak nampak keberadaannya. Aku bahkan tidak menyadari apabila dia sudah mengeluarkan sebuah pistol.” Kata Robert lebih kepada dirinya sendiri.
“Kau bekerja sangat bagus hari ini, kau memberikannya kematian yang layak untuknya.” Sahut Andrea, dan Gilardo menutup teleponnya dengan bantingan lumayan keras.
“Aku telah berusaha untuk mengubah cara lamaku, menggunakan kekerasan untuk mendapatkan apapun yang aku mau. Tetapi tampaknya hal itu sia-sia.” Kata Gilardo, terdengar sangat geram. Robert, yang badannya jauh lebih besar dari Andrea terlihat menciut di samping Andrea.
“Mulai hari ini, kalian mempunyai hak untuk membunuh siapapun yang berani bermacam-macam dengan kita. Tak perlu banyak bicara, cukup berikan satu peluru di dahi mereka.” Perintah Gilardo, Andrea dan Robert menganggukan kepala mereka cepat-cepat.
Saat itu, salah seorang anak buah Tappeli mengetuk pintu dan Gilardo menyuruhnya untuk masuk ke dalam. Sesampainya di dalam ruangan, anak buah itu segera bergegas ke samping Gilardo dan membisikkan sesuatu, setelah usai Gilardo menyuruh anak buahnya itu pergi dari hadapannya.
“Salah satu bisnis milikku baru saja dirampas dan aku tidak tahu siapa yang merampasnya.” Kata Gilardo, Andrea dan Robert saling tatap menatap selama beberapa saat.
“Jika kalian sedang tidak bertugas atau sedang tidak ada di sini, dan kalian melihat salah satu bisnis ku dirampas. Bunuh saja para perampas itu, dan aku akan membayar kalian dengan upah yang sama.” Kata Gilardo.
“Aku punya saran soal itu, karena tampaknya beberapa orang di kota ini masih tidak tahu apabila kau mempunyai banyak sekali bisnis di kota ini.” Ucap Andrea dan Gilardo mendengarnya dengan seksama.
“Seperti salah satu contohnya adalah Linda si Pelacur berambut merah, dia bilang apabila dia tidak tahu sama sekali apabila toko yang ia rampas adalah milikmu.”
“Jadi aku mempunyai saran apabila kau membuat semacam kertas atau informasi yang menjelaskan apabila bisnis ini adalah milikmu, dan kau tinggal menempelkannya di pintu masuk bisnis milikmu itu. Aku rasa dengan begitu, para perampas manapun akan berpikir dua kali.” Gilardo tersenyum dan setuju dengan usul Andrea itu.
“Baiklah, aku akan menerapkan usulmu itu.” Balas Gilardo, dan Robert menepuk pundak Andrea.
“Aku juga punya berita baik untukmu Andrea.” Lanjut Gilardo.
“Aku sudah tidak peduli lagi dengan mereka, jika mereka inginkan kau maka mereka harus datang kesini dan membunuh seluruh anak buahku terlebih dahulu untuk mendapatkan kau.”
“Kau ku ijinkan untuk membunuh kawan lamamu itu, Ziotto bilang apabila kawan lamamu itu akan kembali kesini lusa. Bunuh dia, dan hapuskan kebaikan di kota ini.”
“Karena bagaimanapun juga, teman lamamu itu adalah orang yang sangat berbahaya dan bisa membunuh kita kapan saja. Jadi berikan dia salam perpisahan yang hangat.” Andrea mengangguk paham. Dan ia merasa ini adalah saat yang tepat untuk mengucapkan kata pisah.
“Tetapi sebelum itu Gilardo, aku ingin mengucapkan salam perpisahan.” Kata Andrea, baik Gilardo dan Robert sama-sama terlihat tidak mengerti.
“Kau akan pergi?” tanya Gilardo dan Andrea menganggukan kepalanya, Gilardo akhirnya tersenyum kembali.
“Kalau begitu aku tidak akan melarangmu, kau punya keluarga dan aku bisa memahami itu.” Lanjutnya dan Andrea sedikit terkejut dengan betapa mudahnya Ia bisa pergi dari keluarga Mafia ini.
“Tetapi lakukan dulu tugasmu itu, dan kau baru bisa pergi dari sini.” Lanjut Gilardo.
“Keluargaku akan pergi besok, aku akan tetap di sini dan menjalankan tugasku. Itu tak apa?” tanya Andrea dan Gilardo tersenyum semakin lebar.
“Tentu saja, keluargamu adalah keluargaku. Aku tahu mengapa kau ingin mereka pergi dari sini, bagaimanapun juga kedua anakmu dan Istri tercintamu itu layak hidup di tempat yang jauh lebih baik lagi.” Jawab Gilardo, dan Andrea tersenyum tulus kepadanya.
“Kau juga bisa pergi kapanpun kau mau Robert, karena aku juga tidak akan menghabiskan masa tuaku di kota ini.” Kata Gilardo, tetapi Robert menggelengkan kepalanya.
“Satu-satunya keluargaku adalah kalian, aku tidak punya apapun dan siapapun lagi selain kalian. Aku akan tetap di sini dan bersama kalian.” Kata Robert, Andrea menepuk pundaknya pelan.
“Kalau untukmu Robert, aku punya satu tugas penting yang aku rasa hanya kau saja yang bisa melakukannya.” Kata Gilardo.
“Kau akan memimpin 50 orang kita dan kau akan menghancurkan kantor kepolisian di kota ini sampai tak tersisa satupun, bunuh semua polisi di kota ini.” Lanjutnya dan Robert mengangguk paham.
“Kau tidak keberatan kan?” tanya Gilardo dan Robert hanya tertawa kecil.
“Ketika hari pertama ku bekerja denganmu, kau selalu berkata untuk selalu berpakaian rapi dan jangan pernah takut dengan siapapun.” Jawab Robert.
“Baiklah, kalian bisa pulang kerumah. Persiapkan diri kalian, karena lusa semua keadilan dan kebaikan di kota ini akan kita hapuskan.” Kata Gilardo, dan Andrea serta Robert pamit pulang.
Andrea berbaik hati dengan mengantarkan Robert kembali ke rumahnya, hari yang sudah larut membuat suasana kota itu terasa sangat sepi dan layaknya kota mati.
“Jadi, kau akan pergi kemana setelah ini?” tanya Robert, Andrea tetap fokus ke jalanan tetapi kemudian Ia menjawab.
“Istriku selalu bilang apabila dia ingin pindah ke Hawaii, pulau kecil milik negara ini yang sangat indah.” Jawab Andrea dan kemudian hening cukup lama.
“Hawaii, kalau aku tidak salah itu adalah tempat yang baru diakui oleh negara kita, kan?” tanya Robert dan Andrea menganggukan kepalanya.
“Dia bilang disana adalah tempat yang sangat indah dan tenang, jauh lebih baik daripada kota ini. Ibu Aurora berasal dari kepulauan sebelum pindah ke sini, dan ia selalu diceritakan tentang betapa indah dan tenangnya hidup di pulau kecil. Jadi ketika kita mengetahui apabila Hawaii sudah menjadi bagian dari negara ini, kami memutuskan untuk pindah kesana.” Jawab Andrea, Robert tersenyum sendiri.
“Jadi lusa nanti adalah hari terakhirmu di sini?” tanya Robert.
“Ya, tapi sebelum aku pergi. Aku akan memberikan hadiah terbaik untuk kota ini.” Jawab Andrea dan mereka berdua tertawa. Andrea yakin apabila moment seperti ini tidak akan bisa Andrea dapati lagi dengan orang lain selain Robert.
Akhirnya mereka sudah sampai di rumah Robert, rumah berukuran besar dan mewah ini hanya ditinggali oleh Robert seorang. Robert pun segera turun, mengucapkan salam perpisahan dan masuk ke dalam rumahnya.
Tak lama kemudian, Andrea kembali memacu mobilnya dan mengendarainya kembali ke rumah. Ketika sudah masuk ke dalam rumah miliknya yang hangat, ia langsung disambut oleh istri tercintanya dengan pelukan dan ciuman yang hangat.
Kedua anaknya sudah tertidur pulas dan ketika Andrea menoleh ke jam dinding, waktu sudah menunjukan lewat 12 malam. Maka dari itu Andrea segera memakan makan malamnya, ditemani oleh istrinya.
“Besok kau akan pergi bersama anak-anak, aku akan tinggal di sini terlebih dahulu karena ada urusan.” Kata Andrea setelah melahap makan malamnya.
“Kau yakin? Lalu kapan kau akan menyusul?” tanya Aurora, terdengar tidak setuju dengan usul dan ide suaminya ini.
“Aku akan menyusul ketika tugasku di sini sudah usai, kau tenang saja. Aku akan melakukannya secepat yang aku bisa.” Jawab Andrea dan istrinya itu memegang tangannya dengan lembut.
“Akhirnya kau bisa hidup dengan tenang dan damai.” Kata Andrea sembari melempar senyum kepada istrinya yang cantik itu, Aurora tertawa pelan.
“Setelah ini, aku tidak perlu khawatir lagi sampai harus menunggumu selarut ini untuk kembali pulang. Setelah ini, aku tidak perlu khawatir lagi jika kau kenapa-kenapa di luar sana dan tak bisa kembali ke pelukanku lagi.” Kata Aurora, dan dada Andrea terasa hangat.
Karena bahkan setelah melewati semua hal yang telah mereka lalui, istrinya masih selalu
menunggu kedatangannya untuk kembali ke rumah.
“Setelah ini, kita akan menghabiskan waktu bersama-sama. Tak perlu memikirkan yang lain atau apapun lagi, hanya kita berdua dan laut tak berujung yang menemani.” Kata Andrea dan istrinya menciumnya dengan hangat.
Bersambung ...
Comments